Switch dari Manual ke Automation Testing

Irwan Syarifudin
2 min readMar 20, 2022

--

source: https://testsigma.com/blog/wp-content/uploads/2018/01/ai-driven-automation-testing-testsigma.jpeg

Ada beberapa alasan kenapa pengujian yang dilakukan oleh QA harus perform dari yang awalnya manual ke automation testing. Performing test yang memakan banyak waktu dan chance of human error ketika tes secara manual menjadi main reason kenapa automation testing perlu dilakukan. Bagaimana untuk memulai dan membuat automation testing bagi QA manual (at least yang belum mengetahui atau belajar sama sekali pemrograman).

  1. Change a 360 mindset

Jika kamu bekerja dalam lingkup agile, itu pasti cukup imperative. Banyak hal akan suatu perubahan maupun improvement yang dilakukan dari setiap produk. Untuk bisa align atau mengikuti proses software development dalam framework tersebut yang cukup rapid dan frekuensi delivery tiap fiturnya cepat, automation bisa menjadi solusi testing agar bisa assist dan produce lebih cepat. Ga hanya itu, kebayangkah seberapa enjoy untuk melakukan repetitive regression testing beberapa jika harus test manual terus menerus?. *jawabannya pasti membosankan :D

Automation testing bakal bantu kamu untuk achieve high-quality product in less time. Tim QA akan bisa lebih fokus untuk improve code for automation, do test other scope testcase seperti negative case, UI/Design Test, dan melakukan hal-hal iseng pada aplikasi atau lebih produktif lainnya disamping tidak hanyak testing skenario yang berbau CRUD aja.

2. Learn to code

Automation is tools, jadi hal itu dibangun dari sekumpulan baris-baris kode pemrograman yang menjalankan intruksi pada mesin untuk melakukan pengujian. Saat ini sudah banyak bahasa pemrograman yang support untuk automation seperti pyhton, java, ruby, javascript. Jika kamu belum familiar dengan bahasa pemrograman kamu bisa mencoba explore dan run automation menggunakan codeless (hampir ga ngoding dari sama sekali) seperti katalon studio, katalon recorder, testcraft, dll.

3. Decide what to automate

Dari sekian banyak fitur pada aplikasi mungkin ada beberapa cases yang sulit dilakukan automation. Diantaranya seperti exploratory/ad-hoc testing, something yang berhubungan dengan UI Design(layout, icon, position komponen, size text, animation). So cases apa aja yang seharusnya bisa dicover automation?

  • Repetitive Task => Test yang berulang (seperti Common cases, CRUD Task)
  • The requirements/the test is stable => Bagian ini akan memudahkan automation jika kondisi aplikasi sudah stabil dan tidak sering berubah baik dari segi design maupun flownya.
  • The test is subject to human error => Ini berhubungan dengan data/report transaksi

4. Be Knowledgeable About Software Development Principles

It’s all about software, dari hulu ke hilir prosesnya kita mesti tahu prosesnya bagaimana automation itu bisa jalan. Memiliki pengetahuan tentang software development itu sendiri akan memudahkan kita dalam choose,build, and maintenance the right automation testing tools

5. Never Stop Learning

Keep learning untuk bisa start and continue automation dengan cara

  • Deep coding fundamental
  • Share experiences dengan kolega dalam satu atau beda tim
  • Dengerin podcast
  • Baca blog
  • Ikut webinar atau online course
  • Sering-sering ngintip repo orang dan open source automation yang lagi hits

--

--